Selamat Datang

Kami berpegang pada prinsip tumbuh pohon; berkembang secara perlahan, tapi pasti.
Bantu kami untuk menjadi penghuni jagad digital

Friday, August 26, 2011

Telaah Perkembangan Sikap Manusia Terhadap Membaca


Oleh: H. Nutrianov Tanthawi, Lc*
                Di dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia tidak akan pernah lepas dengan apa yang dinamakan dengan “Membaca”. Membaca adalah cara manusia memahami sesuatu yang baru. Oleh sebab itu, diawal tulisan ini penulis ingin menyampaikan bahwa terkadang banyak diantara kita salah dalam memahami proses membaca. Kesalahan dalam memahami atau mengartikan membaca, akan menyebabkan kesalahan melewati fase demi fase dari membaca tersebut. Membaca terkadang diartikan sebagai sebuah “aktifitas dimana pembaca bisa menyampaikan apa yang dia baca dengan bacaan yang benar, mengeluarkan kalimat dengan rangkaian kata yang diucapkan sesuai dengan huruf-huruf akurat, setelah itu memainkan bacaan dengan retorika se-lazim-nya dimana bacaan dimulai dengan suara yang keras dan diakhir dengan suara melemah”.  Walaupun demikian, kita harus memahami bahwa pengertian sebagain orang akan membaca sebagaimana penulis sebutkan diatas, adalah salah satu bagian dari proses membaca tersebut. Namun pengertian tersebut tidak boleh berhenti sampai disana karena sesungguhnya membaca adalah sebuah proses dinamisasi yang sangat mudah dimana proses tersebut telah melibatkan aktifitas memahami sesuatu dari berbagai macam aspek pengetahuan. Dengan demikian, dari pemahaman singkat diatas kita bisa memahami bahwa membaca bukanlah proses turun menurun layaknya sifat dasar yang dimiliki seorang anak mengikuti sifat orang tuanya, namun membaca adalah aktifitas dan kemampuan seseorang yang mana kemampuan tersebut harus dicapai dengan latihan dan belajar.
                Seandainya kita melihat pada perkembangan sejarah membacanya manusia. Maka, kita akan membagi pemahaman membaca manusia kepada beberapa tahap.
                Tahap pertama pada masa-masa awal abad ke-20 membaca hanya diartikan sebagai sebuah pemahaman terhadap huruf, kalimat, dan bagaimana cara mengucapkan rangkaian kata dan kalimat tersebut. Saat itu para ahli hanya bisa menemukan satu metode dalam membaca yaitu metode perangkaian, dimana pusat perhatian mereka hanya pada sisi fisikologi yaitu pergerakan mata, pengucapan dan apa saja yang berkaitan dengan pengucapan.
                Namun, setelah berkembang zaman pada pertengahan abad ke-20. Membaca bukan sekedar cara mengucapkan kalimat dengan benar, namun memahami bacaan dengan baik dan benar. Memahami bacaan adalah fase kedua manusia dalam memahami arti dari “membaca”. Pemahaman ini berkembang ketika salah seorang ilmuwan bernama Thorondike melakukan riset dimana sebagian besar dari para pembaca dewasa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Karena dalam membaca pelajaran tersebut tidak hanya dibutuhkan mengetahui huruf dan kalimatnya saja, melainkan dibutuhkan pemahaman rumus, mempraktekkan pemahaman tersebut dan menghasilkan sesuatu yang dinginkan dari proses aplikasi rumus matematika tersebut.
                Setelah itu membaca bukan hanya sekadar mengucapkan dengan baik, kemudian memahaminya. Manusia mulai bergerak pada titik mengkritisi sebuah bacaan. Proses membaca, memahami kemudian mengkritisi adalah sebuah proses sempurna dari perjalanan manusia dalam menyikapi sebuah bacaan. Oleh sebab itu, hasil dari proses sempurna ini menghasilkan sebuah karya nyata dimana manusia mulai bisa menyelesaikan permasalah sosial,ekonomi dan bahkan politik dari sebuah bacaan.
                Namun, ternyata sikap pemahaman manusia pada “ membaca” tidak hanya berhenti sampai proses sempurna ( membaca, memahami, dan mengkritisi) diatas. Buktinya, pada akhir-akhir abad 20 manusia mulai menjadikan membaca adalah cara mereka rileksasi. Karena setelah perang dunia kedua berakhir, manusia di dunia ini mulai memiliki banyak waktu luang. Sehingga banyak dari mereka setelah memenuhi kebutuhan mereka dengan bekerja, mereka membiarkan tubuh mereka beristirahat dan membaca menjadi salah satu aktifitas mereka. Dari sinilah, mulai banyak bermunculan bacaan seperti novel dan bacaan santai lainnya. Jadi, menurut mereka membaca bukan hanya sekadar memahami kemudian mengkritisi. Akan tetapi mereka sudah mulai menikmati hasil bacaan tersebut. Semoga kita semua bisa mencapai proses rileksasi dalam membaca, yaitu membaca seluruh buku-buku di dunia ini, sehingga setiap titik pada bacaan kita menghasilkan solusi jitu untuk menghadapi permasalahan umat.


* intisari hasil bacaan penulis dari diktat buku kuliah fakultas Studi Islam dan Arab Univ.al-Azhar tingkat 4 mata kuliah “Metodologi pengajaran” bab  “cara mengajar membaca”,  karangan :Dr. Muhammad Abdul Wahab.

No comments:

Post a Comment