Selamat Datang

Kami berpegang pada prinsip tumbuh pohon; berkembang secara perlahan, tapi pasti.
Bantu kami untuk menjadi penghuni jagad digital

Friday, August 26, 2011

Ramadhan dan Keteladanan

oleh:  Drs. H. Sofwan Manaf, M.Si*
                Ramadhan berasal dari kata يرمض - رمض ‘ramidha-yarmadhu’ yang berarti ‘panas yang menyengat’. Nama bulan ini sesuai dengan cuaca panas di negara-negara Arab. Suasana ini juga dirasakan pada fisik manusia ketika menjalankan ibadah puasa, yang berupa menahan lapar dan dahaga. Sementara, keteladanan berasal dari kata “teladan” yang berarti panduan, jejak, patron, pedoman, kaca atau uswah. Semua ini dapat dipendekkan menjadi satu kata yaitu contoh, serta dikembalikan kepada kata keteladanan yang berarti percontohan. Bagaimana bulan Ramadhan dapat menjadi bulan percontohan untuk kita semua? Berikut ini akan dibahas hal-hal yang berkenaan dengan masalah tersebut. 

                Untuk memulai pembahasan ini, penulis kembali kepada ayat utama perintah menjalankan ibadah puasa untuk kaum Muslim, sebagaimana difirmankan oleh Allah swt dalam al-Baqarah 183:

يأيها الذين امنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعللكم تتقون 

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

                Ibadah puasa telah disyariatkan sejak sebelum datangnya Islam. Para umat terdahulu telah melakukan puasa sesuai dengan syariat yang telah ditentukan oleh Allah swt. Sebagaimana disebutkan oleh al-Hafidz ibn Kathir bahwa Nabi Adam berpuasa selama tiga hari pada setiap bulan. Hal ini beliau lakukan sepanjang tahun. Demikian juga, Nabi Nuh berpuasa selama setahun penuh, kecuali hari raya Idul fitri dan Idul Adha. Sementara Nabi Daud berpuasa sehari, kemudian berbuka di hari berikutnya. Hal ini beliau lakukan terus menerus. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda,  diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash, ”Sholat yang paling disukai Allah adalah sholat Daud dan puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Daud. Dia (Daud) tidur seperdua malam, bangun di sepertiganya, tidur lagi di seperenamnya dan berpuasa sehari serta berbuka sehari.”(HR. Bukhari).
                Dalam sejarah perjalanan Islam, terdapat peristiwa-peristiwa penting dalam bulan Ramadhan. Perang Badar yang mana merupakan perang pertama yang dilakukan oleh umat Islam melawan kaum kafir Quraisy terjadi pada tanggal 17 Ramadhan pada tahun ke-2 H. Pada tahun ini ibadah puasa telah disyariatkan bagi umat islam. Sehingga umat Islam meskipun berperang tetap melakukan puasa, dan menang. Selain itu, peristiwa fathu Makkah pun terjadi pada bulan Ramadhan. Di Indonesia, bulan Ramadhan juga merupakan hari penting yang harus kita perhatikan. Proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945 M, bertepatan dengan 07 Ramadhan 1364 H. Peristiwa-peristiwa di atas penting untuk bahan refleksi dan keteladanan bagi kita bahwa bulan Ramadhan adalah bulan kesemangatan untuk berjuang, beramal dan beribadah. 
                Bulan Ramadhan bukan alasan bagi kita untuk patah semangat karena dalam kondisi berpuasa. Namun, sebaliknya dengan puasa kita semakin semangat dalam menjalankan berbagai kegiatan. Dalam belajar, kondisi orang berpuasa memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi. Kondisi ini didukung dalam sebuah penelitian yang dilakukan John Rately, seorang psikiater dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa pengaturan dan pembatasan asupan kalori meningkatkan kinerja otak. Melalui alat functional MRI ‘Magnetic Resonance Imaging’ (MRI), Rately memantau kondisi otak mereka yang berpuasa dan yang tidak. Hasilnya, orang yang berpuasa memiliki aktivitas motor korteks yang meningkat secara konsisten dan signifikan. Untuk itu, puasa menjadi latihan bagi kita semua dalam peningkatan kemampuan akal. 
                Demikian pula dalam aktifitas membaca dan menghafal, termasuk al-Qur’an. Waktu yang paling efektif adalah di bulan Ramadhan. Dengan kondisi puasa, otak akan mudah konsentrasi dan fokus dalam merekam hafalan-hafalan al-Qur’an. Hal ini dapat dilakukan pada setiap waktu setelah shalat fardhu, atau di waktu malam-malam bulan Ramadhan. Kegiatan seperti ini telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya yang selalu membiasakan membaca, mengkaji, dan berbagi tentang makna ayat-ayat al-Qur’an. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata: “adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam orang yang paling pemurah dalam kebaikan. Beliau akan semakin dermawan pada Ramadhan saat Jibril mendatanginya dan mengkaji al-Qur'an dengannya. Adalah Jibril mendatanginya setiap malam dari malam-malam bulan Ramadhan dan memperdengarkan al-Qur'an darinya. Maka pada saat ditemui Jibril, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjadi lebih pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus dengan lembut." (HR. Bukhari dan Muslim).
                Imam al-Ghazali di dalam kitabnya Ihya Ulumud-din membagi bahwa orang yang berpuasa terbagi menjadi tiga golongan. Pertama, golongan orang awam, yaitu orang-orang yang melakukan puasa sekedar untuk  menahan lapar dan hawa nafsu. Golongan kedua adalah orang-orang khusus, yaitu orang-orang yang berpuasa dengan menahan pendengaran, penglihatan, pembicaraan, tangan, dan kaki dari perbuatan maksiat. Mereka ini adalah orang-orang shalihin. Sementara golongan yang ketiga adalah orang-orang paling khusus (khusus al-khusus) yaitu puasanya orang-orang yang menahan hati dari keinginan keduniaan. Sehingga yang ada dalam dirinya hanya Allah swt semata. Seluruh keinginan dunia hanya dijadikan sebagai bekal untuk akhirat. Bahkan bagi mereka, ada sebuah ungkapan bahwa apabila berbuat sesuatu di siang hari hanya sekedar untuk mencari bahan (rizki) untuk berbuka puasa, yang demikian ini dianggapnya sebagai dosa. Golongan ini adalah tingkatan puasa para Nabi, Shiddiqin, dan Muqarrabin. Mudah-mudahan, dengan ibadah selama di bulan puasa ini, kita dapat mencapai dan termasuk ke dalam golongan yang tertinggi, yaitu Golongan para Nabi, Shiddiqin, dan Muqarrabin. Amin.

                                                                                       *Penulis adalah Pimpinan Pon-Pes Darunnajah

No comments:

Post a Comment